12 Oktober 2015

Aku Yang Terlalu Berharap :)

Rasanya semua terjadi begitu cepat, kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Setiap hari rasanya berbeda dan tak lagi sama. Kamu hadir membawa banyak perubahan dalam hari-hariku. Hitam dan putih menjadi lebih berwarna ketika sosokmu hadir mengisi ruang-ruang kosong di hatiku. Tak ada percakapan yang biasa, seakan-akan semua terasa begitu ajaib dan luar biasa. Entahlah, perasaan ini bertumbuh melebihi batas yang kutahu.

Aku menjadi takut kehilangan kamu. Siksaan datang bertubi-tubi ketika tubuhmu tidak berada di sampingku. Kamu seperti mengendalikan otak dan hatiku, ada sebab yang tak kumengerti sedikitpun. Aku sulit jauh darimu, aku membutuhkanmu seperti aku butuh udara. Napasku akan tercekat jika sosokmu hilang dari pandangan mata. Salahkah jika kamu selalu ku nomorsatukan?

Tapi... entah mengapa sikapmu tidak seperti sikapku. Perhatianmu tak sedalam perhatianku. Tatapan matamu tak setajam tatapan mataku. Adakah kesalahan di antara aku dan kamu? Apakah kamu tak merasakan yang juga aku rasakan?

Kamu mungkin belum terlalu paham dengan perasaanku, karena kamu memang tak pernah sibuk memikirkanku. Berdosakah jika aku seringkali menjatuhkan air mata untukmu? Aku selalu kehilangan kamu, dan kamu juga selalu pergi tanpa meminta izin. Meminta izin? Hadir dalam mimpimu pun aku sudah bersyukur, apalagi bisa jadi milikmu seutuhnya. Mungkinkah? Bisakah?

Janjimu terlalu banyak, hingga aku lupa menghitung mana saja yang belum kamu tepati. Begitu sering kamu menyakiti, tapi kumaafkan lagi berkali-kali. Lihatlah aku yang hanya bisa terdiam dan membisu. Pandanglah aku yang mencintaimu dengan tulus namun kau hempaskan dengan begitu bulus. Seberapa tidak pentingkah aku?Apakah aku hanyalah persimpangan jalan yang selalu kau abaikan – juga kau tinggalkan?

Apakah aku tak berharga di matamu? Apakah aku hanyalah boneka yang selalu ikut aturanmu? Di mana letak hatimu?! Aku tak bisa bicara banyak, juga tak ingin mengutarakan semua yang terlanjur terjadi. Aku tak berhak berbicara tentang cinta, jika kau terus tulikan telinga. Aku tak mungkin bisa berkata rindu, jika berkali-kali kau ciptakan jarak yang semakin jauh. Aku tak bisa apa-apa selain memandangimu dan membawa namamu dalam percakapan panjangku dengan Tuhan.

Sadarkah jemarimu selalu lukai hatiku? Ingatkah perkataanmu selalu menghancurleburkan mimpi-mimpiku? Apakah aku tak pantas bahagia bersamamu? Terlau banyak pertanyaan. Aku muak sendiri. Aku mencintaimu yang belum tentu mencintaiku. Aku mengagumimu yang belum tentu paham dengan rasa kagumku.

Sebenarnya, aku juga ingin tahu, di manakah kau letakkan hatiku yang selama ini kuberikan padamu. Tapi, kamu pasti enggan menjawab dan tak mau tahu soal rasa penasaranku. Mungkin... semua memang salahku. Yang menganggap semuanya berubah sesuai keinginanku. Yang bermimpi bisa menjadikanmu lebih dari Kekasih . Salahkah jika perasaanku bertumbuh melebihi batas kewajaran? Aku mencintaimu tidak hanya sebagi Kekasih, tapi juga sebagai seseorang yang bergitu bernilai dalam hidupku.

Namun, semua jauh dari harapku selama ini. Mungkin, memang aku yang terlalu berharap terlalu banyak. Akulah yang tak menyadari posisiku dan tak menyadari letakmu yang sengguh jauh dari genggaman tangan. Akulah yang bodoh. Akulah yang bersalah!

Tenanglah, tak perlu memerhatikanku lagi. Aku terbiasa tersakiti kok, terutama jika sebabnya kamu. Tidak perlu basa-basi, aku bisa sendiri.
Dan, kamu pasti tak sadar, aku berbohong jika aku bisa begitu mudah melupakanmu.

Menjauhlah. Aku ingin dekat-dekat dengan kesepian saja, di sana lukaku terobati, di sana tak kutemui orang sepertimu, yang berganti-ganti topeng dengan mudahnya,
yang berkata sayang dengan gampangnya.

08 Oktober 2015

" AKU HANYALAH CINTA DUNIA MAYA "

sore tadi ditengah kesibukanku membantu nenek ditoko , rasa jenuh menghampiri diriku yang lelah ,,
rasanya jenuh , lalu kuputuskan untuk menyamarkan rasa jenuh itu dengan berjalan-jalan ditaman seorang diri tanpa kawan ..

seperti ada yang kufikirkan iya memang ada yang aku fikirkan , memikirkan seseorang
yang entah Kemana Perginya dan tiba-tiba menghilang untuk yang kesekian kalinya tanpa ada sepatah kata . terkadang aku tak mengerti apa yang dia fikirkan , mengapa dia selalu meninggalkan aku tanpa sebab , dan terkadang kembali datang dengan membawa seutas kata maaf yang pastinya selalu ku terima kata maaf itu dengan hati ikhlas namun tekadang bertanya-tanya " untuk apa kau lakukan ini tapi nantinya kau akan melakukan kesalahan yang sama ? apakah kau menganggap ini main main ? apakau kau berfikir bahwa tak apa saja meninggalkan aku tanpa sebab lalu datang lagi yang penting kau sudah berkata maaf yang selalu aku memaafkanya ? atau kau berfikir bahwa aku sangat menyayangimu sehingga tak apa saja kau mempermainkan hati ini sesuka hati ? " seribu pertanyaan menghampiri fikiranku ,ngin kutanyakan tapi lidah terasa kelu saat kau berkata kau merindukan aku setelah lama tak bersapa ria .apakah rindu itu , bualan belaka ? atau karena ingin menyenangkan hatiku agar aku tak merasa bad mood lagi dengan sikapmu yang lalu ?

Aku tidak berkata bahwa saat ini kita tidak baik-baik saja, tapi bisakah kau menjawab apa yang terjadi di antara dua orang yang sekarang tidak lagi saling menyapa padahal waktu itu tiada satu apapun masalah diantara kita ? aku ingat terakhir kali kau menghubungiku
Tepatnya waktu itu tanggal 2 agustus jam 14.00 , saat itu jujur aku sedang ada masalah dan ingin berbagi kepadamu , tapi nada bicaramu dipercakapan BBM waktu itu seperti terburu-buru dan tidak bergairah jadi aku berfikir rasanya saat itu bukan saat yang tepat untukku bercerita . Setelah itu kamu tidak lagi menghubungiku , kucoba untuk menghubungi nomer telefonmu tapi tak terhubung , lalu
ku mengirim pesan singkat itupun tak ada balasan . aku hanya bisa diam dan menunggu semoga kamu baik saja dan berfikir positif "mungkinkamu lagi sibuk dengan urusanmu " (fikirku dalam hati) kita memang sudah terbiasa tak saling komunikasi , kukira hanya sehari ,dua , atau tiga hari ..
aku yakin kamu pasti memberikan kabar untukku , tapi .... ? ternyata Tidak . ya TIDAK ! sampai sekarangpun tidak ..

aku hanya memperhatikan notif bbmku yang sekali-kali terlewat namamu yang sedangmendengarkan musik dan sesekali mengintip PM di bbm.Mu saat itu aku ingat kau berkata " Beri aku Waktu "
untuk siapa lagi pesan itu kalau bukan untukku ? mungkin aku kepede-an duluan tapi apalagi karna itu berhubungan dengan masalah kita sekarang " dan akupun cukup memahami dan mencoba mengerti mungkin sebegitu sibuk dan penat fikiranmu dengan Tugas Skripsi yang aku tau
itu membuat setres para mahasiswa/i yang melakukan perjuangan terakhir untuk menyelesaikan Tugasnya. tapi lagi-lagi kamu membuatku bingung dan reflek aku mengerenyutkan dahiku dengan Tulisan Pm-mu yang selanjutnya mengatakan " disaat seperti ini kemana ? ga ada !! nihil " Aku hanya diam memperhatikan dan setengah berfikir itu yang aku inginkan sayang , ada didekatmu dan menguatkan kamu setiap saat ! bahkan aku sampai berfikir apa gunanya aku jadi kekasihmu , jika
aku tak bisa mensupport dan menemanimu disaat seperti ini ,

kamu yang tiba-tiba meninggalkanku , kamu yang hilang !! kamu yang tiba-tiba pergi !!
kamu yang tiba-tiba tak ada kabar !! dari dulu jika kamu sibuk dengan urusan Tugasmu kau selalu menghindari aku seolah tak ingin aku ikut campur didalamnya , aku cukup tau saja dengan sikapmu mungkin aku memang menyusahkan dan merepotkanaku cukup tau diri saja , mungkin seperti kebanyakan orang bilang dan mungkin seperti yang kamu fikirkan , " AKU HANYALAH CINTA DUNIA MAYA "

05 Oktober 2015

Untuk Yang Selalu Mengira Saya Tak Lagi Mencintainya

Sejak saat kita tak lagi bertegur sapa, aku sering diam-diam menatapmu,
dari sudut yang tak pernah kau tahu. Kuterima diammu dengan cuma-cuma, kubalas sikap dinginmu tanpa banyak suara. Kuhargai semua bisumu yang hanya bisa munculkan tanya.
Aku ingin tahu, apa sesungguhnya yang ada dalam hatimu? aku masih ingat kita pernah begitu hangat. aku dan kamu sudah begitu asik dengan yang kita jaga selama ini. Sebentar, sebentar, kita jaga? Apakah memang benar-benar kita jaga? Ataukah hanya aku yang berjuang menjaga “kita” sendirian? Dan, enggan berhenti sebelum kesakitan?

Aku ingat percakapan kita kala itu, kata-kata di dalamnya tak pernah kulupa. Kalau aku bisa minta pada Tuhan untuk menyimpan semua dengan sangat rapi dan bisa mengulang peristiwa manis itu untuk kesekian kali, aku tak segan-segan berkorban apapun asal kita bisa seperti dulu lagi. Tidak menjauh seperti ini.

Tapi, sekarang bukan lagi seperti dulu. Kamu tiba-tiba menjauh tanpa alasan yang tak kupahami. Aku ingat, sekitar bulan Agustus, dua ribu Lima Belas , kita tak ada lagi komunikasi. Kabarmu hanya kucuri-curi dari Notif BBM, beritamu hanya kudengar dari hasil bertanya ke sana dan ke sini. Jujur, kalau kau mau tahu, aku tersiksa beberapa bulan ini. Terutama ketika bertemu denganmu, ketika
menerima kenyataan bahwa kita telah berbeda. Kita bertemu setiap hari, setiap hari juga kulihat sosokmu yang tak bisa kusentuh, setiap hari juga aku terus bisu—berusaha tak bertanya soal perubahan sikapmu yang membuatku hampir meledak karena tak kunjung mengerti pikiranmu.

Apa yang bisa kulakukan agar aku tetap bertahan? Kularikan rasa rinduku ke dalam tulisan. Di sana aku bisa menangis pilu tanpamembuat tuli telingamu. Aku rindu kamu dan kamu nampaknya tak pernah tahu betapa selama ini, aku tak bisa berbuat banyak selain menunggu kamu bicara lebih dulu. Aku selalu kuat membisu, meskipun rasanya ini bodoh, entah mengapa aku tak ingin melupakanmu.

Kalau aku punya keberanian lebih, rasanya aku ingin bertanya sesuatu padamu. Seberapa butakah matamu sehingga kau tak melihat perhatianku? Seberapa matinya perasaanmu hingga kau tak sadar ada seseorang yang berjuang untukmu? Mengapa kau mudah mengakhiri yang kupikir bisa berjalan lebih lama dari ini?

Kamu ini tega sekali, kamu tahu tidak rasanya jadinya perempuan yang memikul beban karena cintanya hilang tanpa ada alasan yang jelas Apa kamu tahu rasanya jadi aku, yang terus bertanya-tanya soal perasaanmu?

Apa kautahu rasanya bertemu dengan orang yang kau cintai, setiap hari, namun kau harus bertingkah seakan tak ada rasa, seakan kau sudah lupa, seakan semua tak pernah terjadi? Ku alami rasa sakit itu setiap hari ~