19 Mei 2014

The Last Broken Home


Lahir ke dunia dari ortu yang penuh kasih sayang, perhatian dan hidup bahagia sejahtera tanpa kekurangan apapun adalah impian setiap orang , awalnya hepi akhirnya sepi, iya … sepi hati sepi diri sepi dunia, fisik gue masih hidup tapi jiwa gue rasanya kosong...



seperti yang gue bilang di postingan sebelumnya , gue itu berada dikeluarga yang "Broken Home" bagi loe yang bukan dari keluarga yang "broken" mungkin bisa mengerti rasanya bagaimana , tapi loe gak akan pernah ngerti tentang rasa sakit yang amat sangat begitu menyakitkan , loe mungkin gampang bilang "sabar , sabar dan , sabar " walaupun memang hanya kata sabar yang bisa dikeluarkan , Sering bertindak gila, tiba-tiba marah-menangis-tertawa-diam, memberontak dan sebagainya , begitulah yang gue lakukan ...

“Aku terlahir di keluarga broken-home dan itu bukan salahku, so, tolong pahami keadaanku. Beginilah aku.”

*.*.*.*

" Why Me God "

lahir dikeluarga yang broken home bukan mau gue , dan kenapa harus gue gitu ??!! kadang gue suka mikir sendiri , kenapa Tuhan Jahat banget sam gue .. kenapa harus gue yang merasakan ini semua , kehancuran itu mulai timbul sekitar akhir tahun 2009 tepatnya saat bokap gue minta izin ke nyokap untuk menikah lagi , gue melihat dengan nyata dan jelas saat bokap gue minta Tanda Tangan nyokap , sebagai tanda nyokap setuju dengan pernikahan siri mereka ...

saat itu menurut pengelihatan gue , kalau nyokap gak setuju dan gak mau dipoligami tapi karena keadaan memaksa nyokap gue untuk menandatangani surat itu , gue hanya bisa terdiam dikamar , menangis , dan menutup telinga gue saat mendengar pertengkaran mereka , gue gak bisa berbuat apa-apa karena saat itu gue baru berumur 13 tahun , dan belum begitu mengerti tentang masalah yang ada di bokap dan nykap gue , gue juga saat itu masih belum bisa membedakan yang mana yang benar dan yang mana yang salah ...

gue hanya meringis saat mendengar tangisan mama , yang menurut gue tangisan itu tangisan yang amat sangat menyakitkan bagi seorang istri yang tidak ikhlas menerima kenyataan bahwa suami yang sangattt ia sayangi harus membagi cintanya dengan wanita lain , namun ia harus lakukan itu karena Anak-anak dan keadaan yang memaksanya harus menandatangani surat itu ..

*.*.*.*

singkatnya , beberapa Tahun nyokap gue masih setia sama bokap gue , dia bisa sabar dan berharap semoga bokap gue bisa berubah dan kembali sama nyokap gue , didalam solat-nya nyokap gue gak pernah ketinggalan berdoa buat bokap gue , kebetulan nyokap gue ini mualaff (perpindahan agama dari kristen ke islam) saat menikah sama bokap gue walaupun masih dalam tahap pembelajaran tapi nyokap rajin beribadah ,,

soal nafkah bokap gue gak pernah kurang , tapi soal dalam membagi waktu dan kasih sayang ada sedikit perbedaan dibokap gue , misalnya soal pulang kerumah 3 hari di rumah istrinya yang baru 1 minggu , disini gue udah bisa membuat kesimpulan "bahwa yang Tua akan Kalah dengan yang muda" dengan keadaan yang seperti inilah membuat nyokap gue jadi gak Tahan , dan memutuskan untuk bercerai , tapi anehnya bokap gue gak mau cerai sama nyokap dengan alasan banyak suka dan duka kehidupan yang udah bokap gue jalani sama nyokap sehingga itulah yang ngebuat bokap gue berat buat melepas nyokap gue ...

tapi benar kata orang "bahwa setiap orang mempunyai titik jenuh , dan titik kesabaran" dan mungkin inilah titik jenuh dari nyokap gue , padahal gue tau nyokap sayang banget sama bokap gue , dan bahkan mungkin , gak mungkin lagi , bahkan gak bisa ngeliat bokap bersama wanita lain ... tapi ini mungkin yang terbaik ...

setelah menggugat cerai bokap , nyokap gue menghilang ....

*.*.*.*.*.*.*



*Bersambung* Bye Chika Violet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar