28 September 2015

SELAMAT ULANG TAHUN MAMA

ibu adalah anugrah bagi kita semua di dunia ini, tanpa ibu kita akan merasakan penderitaan,  bayangkan jika kamu hidup tanpa ibu, pasti kamu akan iri jika melihat orang lain yang hidup bahagia bersama ibunya, untuk itu, bersyukurlah jika masih memiliki seorang ibu yang sangat mencintaimu,
jika ibumu saat ini sedang ulang tahun, jangan lupa tuk ungkapkan ucapan selamat ulang tahun penuh cinta untuk ibumu, karena  ini kesempatan kamu untuk membahagiakan ibu kamu.

Setiap saat engkau selalu mendoakanku,  katamu " setia hela nafasmu adalah doa untuk anak-anakmu", perhatianmu sungguh luar biasa. walau kini kita tak lagi satu atap bersama , tapi kau selalu memberikan perhatian untuk selalu menjaga kesehatan.


Untuk membahagiakan aku, begitu banyak harta yang talah engkau korbankan untukku, namun terjadi sebaliknya jika aku ingin membuat seorang ibu, cukup hanya membuat ibu tersenyum

Aku ingin selalu melihatmu tersenyum, melihatmu bahagia,jangan lagi mengeluarkan banyak air mata seperti dulu , sakitmu adalah sakitku , penderitaanmu adalah penderitaanku , semoga selalu sehat ibu , janganlah kau membuatku menyesal setengah mati karna tak bisa merawat dan menjagamu ketika sakit 

Kasih sayangmu yang begitu besar membawa ketenangan dan keberkahan dalam hidupku maafkan segala kesalahanku, maafkan ketika aku pernah membentak dan tak perduli akan perasaanmu 

Engkau bagai lentera dalam hidup dan matiku, tanpa jasamu aku tak mungkin bisa menikmati dunia,
Ibu engkaulah malaikatku yang tuhan berikan untukku di dunia ini, terima kasih ibu , maafkan aku telah banyak mengecewakanmu , kini aku benar-benar merasa kehilangan karena tak adanya kau disampingku , aku Rapuh dan hidupku terasa hampa ,


Selamat ulang tahun ibunda tercinta , hari ini tepat 45 Tahun hidupmu didunia , terima kasih telah melahirkanku dan menjadi ibu yang paling sabar didunia , telah banyak kesalahan dan kekecewaan yang telah kuberikan , semoga senantiasa kau selalu memaafkan , aku berharap kepada Tuhan semoga kau selalu diberi-NYA kesehatan dan perlindungan . sampai Tiba saatnya kebahagiaan itu ada didepan kita . Selamat ulang Tahun mama , semoga dipengurangan setahun jatah hidupmu kau selalu diberi-NYA Rahmat o:)

27 September 2015

Dulu Itu Memang Menyenangkan

Ini bukan yang pertama, duduk sendirian dan memerhatikan beberapa tulisan berlalu-lalang. Setiap abjad yang tersusun dalam kata terangkai menjadi kalimat, dan entah mengapa sosokmu selalu berada di sana, berdiam dalam tulisan yang sebenarnya enggan aku baca dan kudefinisikan lagi. Ini bukan yang baru bagiku, duduk berjam-jam tanpa merasakan hangatnya perhatianmu melalui pesan singkat. Kekosongan dan kehampaan sudah berganti-ganti wajah sejak tadi, namun aku tetap menunduk,mencoba tak memedulikan keadaan. Karena jika aku terlalu terbawa emosi, aku bisa mati iseng sendiri.

Tentu saja, kamu tak merasakan apa yang kurasakan, juga tak memiliki rindu yang tersimpan rapat-rapat. Aku sengaja menyembunyikan perasaan itu, agar kita tak lagi saling menganggu. Bukankah dengan berjauhan seperti ini, semua terasa jadi lebih berarti? Seakan-akan aku tak pernah peduli,
seakan-akan aku tak mau tahu, seakan-akan aku tak miliki rasa perhatian. Bagiku, sudah cukup seperti ini, cukup aku dan kamu, tanpa kita.

Kali ini, aku tak akan menjelaskan tentang kesepian, atau bercerita tentang banyak hal yang mungkin saja sulit kaupahami. Karena aku sudah tahu, kamu sangat sulit diajak basa-basi, apalagi jika berbicara soal cinta mati. Aku yakin, kamu akan menutup telinga dan membesarkan volume lagu-lagu yang bernyanyi bahkan tanpa lirik yang tak bisa kauterjemahkan sendiri. Aku tidak akan tega membebanimu dengan cerita-cerita absurd yang selalu kaubenci. Seperti dulu, saat aku bicara cinta, kau malah tertawa. Seperti saat kita masih bersama, aku berkata rindu, namun kau tulikan telinga.

Hanya cerita sederhana yang mungkin tak ingin kaudengar sebagai pengantar tidurmu. Kamu tak suka jika kuceritakan tentang air mata bukan? Bagaimana kalau kualihkan air mata menjadi senyum pura-pura? Tentu saja, kautak akan melihatnya, sejauh yang kutahu; kamu tidak peka. Dan, mungkin saja sifat burukmu masih sama, walaupun kita sudah lama berpisah dan sudah lama tak saling bertatap mata.

Entah mengapa, akhir-akhir ini sepi sekali. Aku seperti berbisik dan mendengar suaraku sendiri. Namun, aku masih saja heran, dalam gelapnya malam ternyata ada banyak cerita yang sempat terlewatkan. Ini tentang kita. Ah... sekarang kamu pasti sedang membuang muka, tak ingin membuka luka lama. Aku pun juga begitu, tak ingin menyentuh bayang-bayangmu yang samar, tak ingin mereka-reka senyummu yang tak seindah dulu.

Kalau boleh aku jujur, kata "dulu" begitu akrab di otak, pikiran, dan telingaku. Seperti ada sesuatu yang terjadi, sangat dekat, sangat mendalam, sampai-sampai tak mampu terhapus begitu saja oleh angkuhnya waktu dan jarak. Sudah kesekian kali, aku diam-diam menyebut namamu dalam sepi,
dan membiarkan kenangan terbang mengikuti gelitik manja angin; tertiup jauh namun mungkin akan kembali.

Wajah baruku bisa kau lihat sendiri, terlihat lebih baik dan lebih hangat daripada saat awal perpisahan kita. Bicara tentang perpisahan, benarkah kita memang telah berpisah? Benarkah kita sudah saling melupakan? Jika memang ada kata "saling", tapi mengapa hatiku masih ingin terus mengikatmu? Dan, mengapa hingga saat ini kamu tak benar-benar menjauh? Kadang, jarak tak menjadi alasan untuk kita saling berbagi. Dalam serba ketidakjelasan, aku dan kamu masih saja menjalani...
menjalani sesuatu yang tak tahu harus disebut apa. Tapi, katamu, masih ada rasa nyaman ketika kita kembali berdekatan. Terlalu tololkah jika kusebut belahan jiwa? Keterikatan aku dan kamu tak ada dalam status, tapi jiwa kita, napas kita, kerinduan kita; miliki denyut dan detak yang sama.

Tidak usah dibawa serius, hanya beberapa rangkaian paragraf bodoh untuk menemani rasa sepi yang sudah lama sekali datang menghantui. Sejak kamu tak lagi di sini,aku malah sering main dengan sepi, sulit untuk dipungkiri. memang seperti kubilang dari awal kan, "dulu" itu memang menyenangkan.

Kita Yang Sekarang

Malam ini, semua tampak lebih berwarna. Aku sudah melakukan banyak hal sendirian, melatih kemandirian. Mungkin, kamu akan terkejut melihat perubahanku, kamu akan menggeleng lebih lama sambil mengamati gerak-gerikku, aku sudah berbeda sekarang. Atau kalau boleh dibilang, bukan hanya aku, kamu juga berbeda sekarang. Seiring waktu berjalan, semua berubah tanpa persetujuan kita. Tiba-tiba saja aku sudah menjadi seperti ini dan kamu sudah tak lagi di sini.

Akhirnya, ya memang akhirnya, karena tak ada lagi yang akan terulang. Hari-hari yang dulu aku dan kamu lalui seperti gelembung basah yang sangat mudah pecah. Realita berbicara lebih banyak, sementara aku dilarang untuk bermimpi terlalu jauh, apalagi mengharap semua yang telah terjadi bisa terulang kembali. Jika dulu kita begitu manis, entah mengapa sekarang berubah jadi miris. Memang hanya persepsiku saja yang melebih-lebihkan segalanya, mengingat perpisahan kita
terjadi tanpa sebab, sulit ditebak, sampai aku muak mencari-cari yang kurasa tak pernah hilang.

Begitu banyak mimpi yang ingin kita wujudkan, kita ceritakan dengan sangat rapi dalam setiap bisikan malam, adakah peristiwa itu tersimpan dalam ingatanmu? Aku berusaha menerima, kita semakin dewasa dan semakin berubah dan segala. Tapi, salahkah jika kuinginkan kamu duduk di sini, mendekapku sebentar dan kembali menceritakan mimpi-mimpi kita yang lebih dulu rapuh sebelum sempat terwujudkan?

Aku sudah berusaha untuk bernapas tanpamu, nampaknya semua berhasil dan berjalan dengan baik-baik saja. Tapi, di luar dugaanku, setiap malam-malam begini, kamu sering kembali dalam ingatan, berkeliaran. Pikiranku masih ingin menjadikanmu sebagai topik utama, dan hatiku masih mau membiarkanmu berdiam lama-lama di sana.Aneh memang jika aku sering memikirkan kamu yang tak pernah memikirkanku. Menyakitkan memang jika harus terus mendewakan kenangan hanya karena masa lalu terlalu kuat untuk dihancurkan.

Beginilah kita sekarang Tak lagi saling bersapa, tak lagi saling bertukar kabar. Semua seperti dulu, ketika kita tak saling mengenal, segalanya terasa asing. Kosong. Apapun yang kita lakukan dulu seperti terhapus begitu saja oleh masa, hari berganti minggu, minggu segera beranjak menuju bulan, sejak saat itu juga jantung kita tak lagi mendenyutkan rasa yang sama.

Dengarkan aku , Inilah kita yang sekarang, berusaha melupakan yang disebut kenangan. Berusaha melawan ketakutan yang disebabkan perpisahan. Siapapun yang lebih dulu melupakan tak menjamin semua akan benar-benar hilang.

Menunggu Kepastian

ya mungkin benar aku Hanyalah cinta Dunia Maya siapa aku ini ? hanya pacar khayalan , Bertatap-tatap apalagi Disentuh pun tak Pernah , Iya aku tak bisa mengelak bahwa saat ini aku memang pacar Dunia Maya walaupun Sudah berjalan 1 Tahun 7 bulan hubungan Kita , Kita Memang Tak saling Jumpa sehingga membuat orang-orang disekitar kita berkata bahkan dengan nada sedikit menyolot " Untuk apa Pacaran belum bertemu ? sudahlah cari yang pasti-pasti saja Masih banyak yang lain , kamu yakin dia gak punya yang lain disana ? yakin dia serius ? yakin dia gak main-main "
dan lebih banyak pertanyaan lain lagi yang membuatku hanya tersenyum dan berkata " hubungan ini aku yang jalani dan merasakan, tak perlu ikut campur , cukup doakan yang terbaik saja "

Tapi entahlah setelah masalah kita yang satu ini , setelah kamu meninggalkan aku Tanpa Alasan untuk yang kesekian kali ini lagi. hatiku jadi berfikir dengan ucapan mereka yang semula sangat tidak aku dengarkan bahkan aku perdulikan . Kamu sudah begitu terlalu sering membuat Luka ditempat sama yang semula Luka itu kecil namun karena sering Ditusuk perlahan luka itu semakin membesar dan semakin sulit untuk diobati . Orang-orang terdekatku yang awalnya mensupport hubungan kita yang selalu memberi semangat untuk tetap bertahan sampai aku bahagia bersamamu kini perlahan Mulai meragukan sikapmu Yang semakin Tak jelas . aku Tak pernah bercerita pada mereka , hanya
saja mereka cukup memperhatikan exspresi wajahku setiap hari dan Tulisan - Tulisan Yang Kubuat di status Facebook atau BBM bukan maksudku mengumbar masalah disocial media hanya saja aku merasa ada yang mendengarkan dan terasa sedikit Lega walaupun realitanya aku masih saja kesepian dan sakit .

Selama ini kamu terus diam, sehingga aku merasa hubungan kita baik-baik saja , Meskipun selama ini selalu, selalu, dan selalu aku yang terluka. Aku masih menganggap ini baik-baik saja dan aku masih memperhatikanmu, masih mencintaimu, masih mengagumimu seperti biasa
meskipun aku tahu sepertinya hubungan kita yang aku perjuangan setengah mati ini akan segera berakhir hanya dalam hitungan hari . Dinding yang kamu buat begitu Tebal Kamu membuatku sulit untuk menggapainya , Aku merasa berjuang sendiri , aku merasa Bodoh !! aku merasa begitu mengharapkanmu sementara kamu Tak begitu menginginkan aku ,

Harusnya Aku berfikir sejak dulu dan akhirnya sampai di Tahap ini posisi yang sebenarnya tak pernah kubayangkan aku terhempas begitu jauh dan Jatuh terlalu dalam , kukira langkahku sudah benar , kupikir anggapanku adalah segalanya . Aku salah, Menyerah adalah jawaban yang aku pilihmeski sebenarnya aku masih ingin memperjuangkan kamu yang tak sama sekali memperjuangkan aku .

Aku Hanya Tinggal menunggu kepastianmu janganlah terlalu lama menggantung perasaan ini
perasaan hati seorang Anak perempuan yang ditimpa masalah berganti- ganti ini , janganlah kamu berfikir karena hubungan ini sudah terlanjur lama atau kamu tidak sanggup
untuk melukai hatiku atau apapun alasan lainya yang membuat kau susah berkata yang sejujurnya , mungkin aku akan terluka tapi itu hanya sementara Aku akan mencoba mengerti apapun yang menjadi alasanmu kalaupun jalan berpisah yang ingin kau ambil akupun akan menerimanya , diam itu baik namun jika diam tapi saling berbicara lagi daripada diam dan tidak sama sekali berbicara .

Aku hanya ingin berpesan, jangan pernah menyesal karena kamu memperlakukan aku seperti ini. Aku tidak akan menyumpahi, berdoa pada Tuhan agar Dia mengutukmu,
tapi satu hal yang kau tahu tak akan ada cinta yang sama, tak ada perhatian sekuat yang aku punya, tak akan ada perempuan yang mau merendahkan dirinya,
hanya demi mencintai pria biasa. Tak akan ada sosok yang mencintaimu dengan sangat sabar, kecuali aku. Dan, saat kamu menyia-nyiakan itu semua, kamu akan tahu, betapa selama ini kamu melakukan kebodohan nomor satu. Dalam hitungan hari, laki-laki memang anti sakit hati, tapi liat nanti. Di bulan kedua, di bulan ketiga, di bulan keempat, sesakmu justru akan lebih parah dari sesakku.

Menjelaskan Kesepian

Waktu merangkak dengan cepat, merangkak yang kita kira lambat ternyata bergerak seakan tanpa jerat. Semua telah berubah, begitu juga kamu, begitu juga aku, begitu juga kita. Bahkan waktu telah menghapus KITA yang pernah merasa tak berbeda, waktu telah memutarbalikkan segalanya yang sempat indah.

Tak ada yang tahu, kapan perpisahan menjadi penyebab kegelisahan. Aku menjalani, kamu meyakini, namun pada akhirnya waktu juga yang akan menentukan akhir cerita ini.
Kamu tak punya hak untuk menebak, begitu juga aku.Kau bilang, tak ada yang terlalu berbeda, tak ada yang terasa begitu menyakitkan. Tapi, siapa yang tahu perasaan seseorang yang terdalam? Mulut bisa berkata, tapi hati sulit untuk berdusta. Kalau boleh aku jujur, semua terasa asing dan berbeda. Ketika hari-hari yang kulewati seperti tebakan yang jawabannya sudah kuketahui.
Tak ada lagi kejutan, tak banyak hal-hal penuh misteri yang membuatku penasaran. Aku seperti bisa meramalkan semuanya, hari-hariku terasa hambar karena aku bisa membaca menit-menit di depan waktu yang sedang kujalani. Aku bisa dengan mudah mengerti peristiwa, tanpa pernah punya secuil rasa untuk menyelami sebab dan akibatnya.

Aku paham dengan detik yang begitu mudah kuprediksi, semua terlalu mudah terbaca, tak ada yang menarik. Kepastian membuatku bungkam, sehingga aku kehilangan rasa
untuk mencari dan terus mencari. Itulah sebabnya setelah tak ada lagi kamu di sini. Kosong.

Bagaimana aku bisa menjelaskan banyak hal yang mungkin saja tidak kamu rasakan? Aku berada di lorong-lorong gelap dan menunggu rengkuhan jemarimu mempertemukan
aku pada cahaya terang. Namun, bahkan tanganmu saja enggan menyentuh setiap celah dalam jemariku, dan penyelamatan yang kurindukan hanyalah omong kosong yang
memekakkan telinga. Harapanku terlalu jauh untuk mengubah semuanya seperti dulu, saat waktu yang kita jalani adalah kebahagiaan kita seutuhnya, saat masih ada kamu
dalam barisan hariku.

Perpisahan seperti mendorongku pada realita yang selama ini kutakutkan. Kehilangan mempersatukan aku pada air mata yang seringkali jatuh tanpa sebab. Aku sulit
memahami kenyataan bahwa kamu tak lagi ada dalam semestaku, aku semakin tak bisa menerima keadaan yang semakin menyudutkanku. Semua kenangan bergantian melewati otakku,
bagai film yang tak pernah mau berhenti tayang. Dan, aku baru sadar, ternyata kita dulu begitu manis, begitu mengagumkan, begitu sulit untuk dilupakan.

Ada yang kurang. Ada yang tak lengkap. Aku terbiasa pada kehadiranmu, dan ketika menjalani setiap detik tanpamu, yang kurasa hanya bayang-bayang yang saling
berkejaran, saling menebar rasa ketakutan. Ada rasa takut tanpa sebab yang memaksaku untuk terus memikirkan kamu. Ada kekuatan yang sulit kujelaskan yang membawa pikiranku selalu mengkhawatirkanmu. Salahkah jika aku masih inginkan penyatuaan? Salahkah jika aku benci perpisahan?

Tak banyak yang ingin kujelaskan, saat kesepian menghadangku setiap malam. Biasanya, malam-malam begini ada suaramu, mengantarku sampai gerbang mimpi dan membiarkanku
sendiri melewati setiap rahasia hati. Kali ini, aku sendiri, memikirkan kamu tanpa henti. Jika kita masih saling menghakimi dan saling menyalahi, apakah mungkin yang telah putus akan tersambung dengan pasti? Aku tak tahu dan tak mau memikirkan keadaan yang tak mungkin kembali. Semua sudah jelas, namun entah mengapa aku masih sulit memahami, kenapa harus kita yang alami ini? Tak adakah yang lain? Aku dan kamu bukan orang jahat, namun mengapa kita terus saja disakiti. Bukankah di luar sana masih banyak orang jahat?

Jangan tanyakan padaku, jika senyumku tak lagi sama seperti dulu. Jangan salahkah aku, jika pelangi dalam duniaku hanya tersedia warna hitam dan putih. Setelah kamu
tinggalkan firdaus milik kita, semuanya jadi berbeda. Aku bahkan tak mengenal diriku sendiri, karena separuh yang ada dalam diriku sudah berada dalammu...


yang pergi,
dan entah kapan kembali.

Dalam Jarak Sejauh Ini

Apa yang menyenangkan dalam jarak sejauh ini? Aku tak bisa menatapmu dan jemariku tak bisa menyentuh lekukan wajahmu. Apa yang bisa kita harapkan dari jarak ratusan kilometer yang memisahkan kita? Ketika rasa rindu menggebu, dan kutahu kau tak ada di sisiku. Sejauh ini kita masih bertahan, entah mempertahankan apa. Karena yang kurasa sekarang, cintamu tak lagi nyata; selebihnya bayang-bayang.

Dalam jarak sejauh ini, mungkinkah kita masih saling mendoakan? Seperti saat kita dulu masih berdekatan. Aku tak lagi paham saat-saat dingin mencekam, kamu tak duduk di sampingku, juga tak mendekapmu dengan hangat. Aku tak lagi mengerti, saat air mataku terjatuh, hanya ada tanganku (bukan tanganmu) yang menghapus basah di pipiku. Jelaskan padaku, apa yang selama ini membuatku masih ingin bertahan?

Aku hanya bisa menatap fotomu. Diam-diam merapal namamu dalam doa. Mendengar suaramu dari ujung telepon. Kulakukan semua seakan baik-baik saja, seakan aku tak terluka, seakan tak ada air mata; aku begitu meyakinkanmu, bahwa tak ada yang salah di antara kita. Dan, apakah di sana kaumemang baik-baik saja? Apakah rindu yang kita simpan dalam-dalam akan menemukan titik temu?

Sayang, aku lelah.

Pulanglah.